Essay baidowi
1213032016
BELAJAR DARI
TEORI-TEORI PEMBELAJARAN DALAM MENANGANI MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK
Pembelajaran merupakan proses koplek yang didasarkan pada prinsip
(teori) dan pendekatan tertentu. Pembelajaran melibatkan idrawi, kerja otak dan
Kondisi kejiwaan didukung oleh oleh kondisi lingkungan oleh pemahaman dengan
langkah nyata oarng tua, guru, masyarakat dan pemerintah. Beranjak dari banyak permasalahan belajar
diatas penulis selanjutnya mengkaji beberapa teori untuk membantu siswa mengatasi
permasalahan dalam belajar.
Langkah pertama.
1.
PERMASALAHAN TERHADAP PESERTA DIDIK
Ketika penulis mendapatkan tugas untuk membuat essay mata
kuliah Teori pembelajaran Penulis teringat waktu berbincang-bincang dengan siswa
yang sekolahnya di tengah-tengah kota yang lingkungan sekitarnya pasar bambu
kuning, swalayan Ramaya dan mol Kartini dan simpur. Kebanyakan siswa mengalami
kesulitan belajar dikarenakan paktor ekonomi, keluarga, pemerintah dan penduduk
sekitar. Untuk itu penulis akan mencoba mengkaji beberapa teori yang akan di
jadikan refrensi motivasi untuk memperbaiki semangat belajar untuk permasalahan
tersebut karena di lingkungan itu banyak sekali siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajat. Salah satu siswa yang penulis wawancarai yaitu Sincan murid
madrasah tsanawiyah swasta yang ada di lingkungan tanjung karang pusat bandar
lampung sekitas dua tahun yang silam sincan adalah nama panggilan yang sering
digunakan oleh teman-temannya disekolah yaitu sincan karena dia memiliki
kemiripan dengan salah satu kartun yang sangat terkenal. Sincan ini mengalami
kesulitan belajar karena harus membagi waktu antara pekerjaan dan sekolah.
Siswa tersebut sepulangnya dari sekolah ia langsung bergegas menuju parkiran
Simpur untuk bekerja mencuci piring tukang bakso dengan penghasilan Lima puluh
ribu/hari. Pekerjaan ini harus ia lakukan karena melihat ekonomi keluarga dan
sincan tidak ingin terlalu banyak merepotkan kelurganya meskipun ia harus
merelakan waktu untuk belajar dirumah hilang. Setelah mendengar cerita sisincan
penulis sempat terharu dan kagum sekaligus kasian karena Usia sincan ini
waktunya untuk mendapatkan waktu belajar yang banyak. Lain sisincan lain pula dengan
si Septi dia adalah siswa madrasah aliyah yang ada di tanjung karang pusat
bandar lampung Septi ini sekolahnya satu yayasan dengan si sincan dan satu
yayasan juga dengan penulis bisa dibilang penulis disini menceritakan
kekurangan disekolahnya sendiri. Namun tujuan penulis disini ialah mencari
solusi terhadap permasalahan-permasalahan tersebut dikarenakan sampai sekarang
masih banyak siswa yang mengalami masalah serupa. Disini penulis akan
menceritakan keseharian Septi kesulitan yang ia hadapi yaitu keluarga yang mana
dia harus rela sekolah siang hari karena paginya disibukkan dengan aktivitas dirumah
yaitu menjaga adiknya sedangkan orang tuanya bekerja di pagi hari.
Langkah kedua
2. MEMAHAMI STRATEGI PEMBELAJAAN
Penulis mencantumkan strategi pembelajaran
ini guna mengetahui cara atau proses belajar yang baik itu seperti apa. Harapan
penulis mencantumkan strategi ini ialah guna mencarikan solusi yang baik di
setiap permasalahan-permasalahan dalam belajar maupun di luar kontek belajar
yang masih berkaitan dengan pendidikan.
2.1
Pengertian Strategi Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
strategi adalah Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus. Syaiful Bahri Djamarah, berpendapat bahwa sanya strategi adalah suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Yang artinya strategi pembelajaran ini ialah bagaimana kita
menjalankan metode-metode dari suatu kegiatan atau pembelajaran kita
kedepannya. Ketika kita di hadapkan dengan suatu permasalahan kita dapat
mengatasinya melalui strategi-setrategi pembelajaran. Strategi digunakan untuk
memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi berbeda
dengan metode, strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai
sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan
strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something; Sedangkan metode adalah
a way in achieving something.
Namun dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi ataupun yang akan terjadi
strategi dan metode pembelajaran harus kita kuasi semua agar berkesinambungan ketika
ada masalah kita tidak pusing untuk mengatasinya lagi.
2.2
Strategi pembelajaran menurut Wina Sanjaya.
Strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian
strategi pembelajaran, disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan
pendekatan dalam mengelola kegiatan, dengan mengintegrasikan urutan kegiatan,
peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara aktif dan efisien.
2.3
Klasifikasikan Strategi pembelajaran
2.3.1 Strategi pembelajaran langsung
Strategi pembelajaran langsung merupakan
pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini seperti kurikulum
2004 dan kurikulum KTSP yang mana guru aktif terhadap murid sedangkan murid
diberikan pembelajaran yang isntan hanya menerima pemberian dari guru murid
dalam hal ini cenderung tidak berkembang. Hal ini yang harus kita perhatikan
jangan sampai murid bosen dengan proses belajar. Karena akan membuat lemah
semangat belajarnya ketika dihadapkan permasalahan yang dia hadapi dluar
sekolah baik lingkungan, pekerjaan dan
keluaraga.
2.3.2 Strategi pembelajaran tak langsung
Strategi ini sering disebut inkuiri,
induktif, yang diamana murid dituntut
untuk menguasai pelajaran sebelum guru menjelaskan. Bahwa sanya pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, dan penemuan di tangan siswa. Guru hanya bertugas
sebagai fasilitator, dan pengelola lingkungan belajar. Kurikulum 2013 sesuai dengan strategi pembelajaran ini
karena peserta didik diberi kesempatan untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. hal ini yang perlu kita tanamkan untuk membuat peserta didik
untuk bisa mandiri dengan baik dan bisa membagikan waktunya untuk belajar lebih
banyak ketimbang waktu untuk kesibukan yang lain.
2.3.3
Strategi pembelajaran interaktif
Pembelajaran ini menekankan pada diskusi
dan sharing diantara peserta didik. Sekaligus bersama-sama mencari solusi bukan
hanya menambah-nambah permasalahan seperti yang kita temukan di setiap proses
pembelajaran. Strategi ini sangat baik kita kembangkan karena peserta didik
bisa mengatasi suatu permasalahnya dalam
belajar. Seorang guru bisa dengan mudah memahami kelemahan-kelemahan
pesertadidiknya. Sehingga dengan mudah menciptakan peserta didik yang
berkualitas dan menciptakan prestasi tiada batas.
2.3.4
Strategi pembelajaran empiric
(experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi pada
kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Dalam
hal ini peserta didik bisa lebih giat dan interaktif salam pembelajaran melalui
aktivitas belajar yang berkualitas.
2.3.5
Strategi pembelajaran mandiri
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi
pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian,
dan peningkatan diri. Peserta didik bisa mengefaluasi kegiatan belajar yang
sudah ia jalankan dan mengetahui segala kekurangannya serta berfikir bagaimana untuk memperbaiki
kekurangan tersebut.
Langkah ketiga
3.
MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK
Mengatasi Kesulitan
Belajar peserta didik Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya
dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak,
kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa
amat sulit. Dalam hal semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi juga sulit
untuk mengadakan konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada
setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas
belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. perbedaan individu ini
pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik. “dalam
keadaan di mana anak didik / siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,
itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan
kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar
tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak
mengalami masalah kesulitan belajar.
Kesulitan belajar ini tidak
selalu disebabkan karena faktor intelligensi yang rendah (kelaianan mental),
akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi.
Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi
proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil
belajar. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan
sejumlah karakterisktik peserta didik yang beraneka ragam. Ada peserta didik
yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa
mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula peserta didik yang
justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan baik dalam mata pelajaran
maupun sulit mencerna materi yang disampaikan oleh guru. Kesulitan belajar peserta
didik ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga
pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di
bawah semestinya. Kesulitan belajar peserta didik mencakup pengertian yang
luas, diantaranya :
- Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respon-respon yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : peserta didik yang sudah terbiasa dengan bekerja keras seperti berdagang dipasar dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar yang santai dan menguras waktu banyak.
- Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan peserta didik tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya peserta didik tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki kecerdasan Otak dan sangat cocok menjadi juara kelas, namun karena tidak pernah dilatih dalam belajar, maka dia tidak dapat mengetahui kelebihan yang dimiliki.
- Under Achiever mengacu kepada peserta didik yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : peserta didik yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
- Slow Learner atau lambat belajar adalah peserta didik yang lambat dalam proses belajar yang disebabkan oleh kesibukan-kesibukan tertentu, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Learning Disabilities atau ketidak mampuan belajar mengacu pada gejala dimana peserta didik tidak mampu belajar atau menghindari belajar dikarenakan kesibukanya, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Langkah keempat
4.
MEMPELAJARI MACAM-MACAM TEORI BELAJAR
Ada tiga kategori utama
atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori
belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.
Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati
pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran
berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di
mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
Teori behavioristik adalah sebuah teori
yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Dengan teori behavior
peserta didik dapat menjelaskan pelajarannya seperti apa yang sudah disampaikan
guru disekolah dengan demikian peserta didik bisa mengulangi pelajarannya
dirumah ataupun ditempat tempat belajar lainnya.
2. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir
sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya.
Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses
infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian
menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah
ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang
mengembangkan teori
kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti
ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada
apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap
belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan.
3.
Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti
bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme peserta didik
dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat
keputusan. peserta akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru,
mereka akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi.
Selian itu pesera didik terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan
ingat lebih lama semua konsep.
Langkah kelima
5. PERAN BERBAGAI PIHAK
Pihak-pihak yang dimaksud adalah kantor pendidikan pusat,
kantor pendidikan daerah Kabupaten atau Kota, dewan sekolah, pengawas sekolah,
kepala sekolah, guru dan orang tua siswa, dan masyarakat luas.
5.1.
Peran Kantor Pendidikan Pusat dan Daerah
Peran dan fungsi Departemen Pendidikan di Indonesia di era
otonomi daerah sesuai dengan PP No.25 thn
2000 menyebutkan bahwa tugas pemerintah pusat antara lain menetapkan standar
kompetensi siswa dan warga, peraturan kurikulum nasional dan system penilaian
hasil belajar, penetapan pedoman pelaksanaan pendidikan, penetapan pedoman
pembiayaan pendidikan, penetapan persyaratan, perpindahan, sertifikasi peserta
didik, dan mahasiswa, menjaga kelangsungan proses pendidikan yang bermutu,
menjaga kesetaraan mutu antara daerah kabupaten/kota dan antara daerah provinsi
agar tidak terjadi kesenjangan yang mencolok, menjaga keberlangsungan
pembentunkan budi pekerti, semangat kebangsaan dan jiwa nasionalisme melalui
program pendidikan.
Peran pemerintah daerah adalah memfasilitasi dan membantu
staf sekolah atas tindakannya yang akan dilakukan sekolah, mengembangkan kinerja
staf sekolah dan kinerja peserta didik. Dalam kaitannya dengan pembelajaran,
menspesifikasi-kan tujuan, sasaran, dan hasil yang diharapkan dan kemudian
memberikan kesempatan kepada sekolah menentukan metode untuk menghasilkan mutu
pembelajaran. Pemerintah kabupaten/kota menjalankan tugas dan fungsi.
5.1.1.
Memberikan pelayanan pengelolaan atas seluruh satuan pendidikan negeri atau swasta.
5.1.2.
Memberikan pelayanan terhadap sekolah dalam mengelola seluruh asset atau sumber
daya pendidikan yang meliputi tenaga guru, prasarana dan sarana pendidikan,
buku pelajaran, dana pendidikan dan sebagainya.
5.1.3.
Melaksanakan tugas pembinaan dan pengurusan atas tenaga pendidik yang bertugas
pada satuan pendidikan. Selain itu dinas kab/kota bertugas sebagai evaluator
dan innovator, motivator, standarisator, dan informan, delegator dan
koordinator.
5.2.
Peran Dewan Sekolah dan Pengawas Sekolah
Dewan
sekolah (komite sekolah) memiliki peran, menetapkan kebijakan-kebijakan yang
lebih luas, menyatukan dan memperjelas visi baik untuk pemerintah daerah dan
sekolah itu sendiri, menentukan kebijakan sekolah, visi dan misi sekolah dengan
mengacu kepada ketentuan nasional dan daerah, menganalisis kebijakan
pendidikan, melakukan komunikasi dengan pemerintah pusat, menyatukan seluruh
komponen sekolah. Pengawas sekolah berperan sebagai fasilitator antara
kebijakan pemda kepada masing-masing sekolah antara lain menjelaskan tujuan
akademik dan anggarannya serta memberikan bantuan teknis ketika sekolah
menghadapi masalah dalam menerjemahkan visi pemda. Mereka memberikan kesempatan
untuk mengembangkan profesionalisme staf sekolah, melakukan eksperimen metode
pengajaran, dan menciptakan jalur komunikasi antara sekolah dan staf pemda.
5.3.
Peran Kepala Sekolah
Pada tingkat sekolah, peran kepala sekolah sangat sentral.
Untu itu peran kepala sekolah adalah : sebagai evaluator, manajer,
administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator. Disamping enam
fungsi diatas Wohlstetter dan Mohrman menyatakan bahwa kepala sekolah berperan
sebagai designer, motivator, fasilitator dan liasion (Nurkholis, 2003:119-122).
Dari fungsi-fungsi diatas Mulyasa (2005:97) menambahkan satu fungsi lagi, yakni
sebagai educator (pendidik), yakni mampu memberikan pembinaan (mental, moral,
fisik dan artistik) kepada guru dan staf serta para siswa.
5.4.
Peran Para Guru
Pedagogi reflektif menunjuk tanggungjawab pokok pembentukan
moral maupun intelektual dalam sekolah terletak pada para guru. Karena dengan
dan melalui peran para guru hubungan personal autentik untuk penanaman
nilai-nilai bagi para siswa berlangsung (Paul Suparno, dkk, 2002:61-62). Untuk
itu guru yang profesional dalam kerangka pengembangan MBS perlu memiliki
kompetensi antara lain kompetensi kepribadian (integritas, moral, etika dan
etos kerja), kompetensi akademik (sertifikasi kependidikan, menguasai bidang
tugasnya) dan kompetensi kinerja (terampil dalam pengelolaan pembelajaran).
5.5.
Peran Orang Tua dan Masyarakat
Karakteristik yang paling menonjol dalam konsep MBS adalah
pemberdayaan partisipasi para orangtua dan masyarakat. Sekolah memiliki fungsi
subsider, fungsi primer pendidikan ada pada orangtua. Menurut Cheng (1989) ada
dua bentuk pendekatan untuk mengajak orangtua dan masyarakat berpartisipasi
aktif dalam pendidikan. Pertama, pendekatan school based dengan cara
mengajar orangtua siswa datang kesekolah melalui pertemuan-pertemuan, konferensi,
diskusi guru orangtua dan mengunjungi anaknya yang sedang belajar di sekolah.
Kedua, pendekatan home based, yaitu orangtua membantu anaknya belajar
dirumah dan guru berkunjung ke rumah. Sedangkan, peran masyarakat bukan hanya
dukungan finansial, tetapi juga dengan menjaga dan menciptakan lingkungan
sekolah yang aman dan tertib serta menjalankan kontrol sosial di sekolah. Peran
tokoh-tokoh masyarakat dengan jalan menjadi penggerak, informan dan penghubung,
koordinator dan pengusul.
Langkah keenam
6.
MENGETAHUI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Belajar dan
Pembelajaran, terdiri dua kata yang hampir sama namun memiliki arti yang
sedikit berbeda. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen
dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman
atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia
dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa
reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat
diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh
guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati
dan diukur. Perubahan-perubahan yang akan terjadi akibat belajar .
6.1. Perubahan akibat belajar dapat
terjadi dalam berbagai bentuk perilaku dari ranah kognitif
, afektif,
dan/atau psikomotor
Tidak terbatas hanya penambahan pengetahuan saja.
Sifat perubahannya relatif permanen, tidak
akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat
situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan
sebagainya.
6.2 Perubahannya tidak harus langsung
mengikuti pengalaman belajar. Perubahan yang segera terjadi umumnya tidak dalam
bentuk perilaku, tapi terutama hanya dalam potensi seseorang untuk berperilaku.
6.3 Perubahan terjadi akibat adanya suatu
pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau
perilaku yang bersifat naluriah.
6.4 Perubahan akan lebih mudah terjadi
bila disertai adanya penguat, berupa ganjaran yang diterima - hadiah atau
hukuman - sebagai konsekuensi adanya perubahan perilaku tersebut.
Perasaan bangga dalam diri karna dapat
mengerti dan paham akan apa yang di pelajari.
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang
relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia
dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak
pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran dalam dunia pendidikan. Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip
dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam
konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran
ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar
saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar
dengan peserta didik.
Pembelajaran yang
berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar.
Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu
memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian
target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan
kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan
membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
6.5 Prinsip-prinsip
Pembelajaran
6.5.1 Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai
peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar
pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin
terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila
bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih
lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan
perhatian dan juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa
tidak ada perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut
perlu dibangkitkan perhatiannya. Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan
faktor yang besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang
besar mengenai apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih
stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimuli
yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan
diri pada tugas yang akan diberikan; melihat masalah-masalah yang akan
diberikan; memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang
memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya.
Misalnya, siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa senang belajar
matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban
bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata
pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Motivasi dapat diartikan sebagai
tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan
tertentu. Adanya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari
observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan bersungguh-sungguh
menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut
serta dalam kegiatan belajar. Berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk
melakukan kegiatan tersebut. Terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut
terselesaikan.
Motivasi dapat bersifat
internal, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri peserta didik dan juga
eksternal baik dari guru, orang tua, teman dan sebagainya. Berkenaan dengan
prinsip motivasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran, yaitu: memberikan dorongan, memberikan
insentif dan juga motivasi berprestasi.
6.5.2 Keaktifan
Menurut pandangan
psikologi anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat
sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa
dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang lain.
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri. John Dewey
mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa
untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri, guru
hanya sebagai pembimbing dan pengarah. Menurut teori kognitif, belajar
menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima,
tidak hanya menyimpan saja tanpa mengadakan tansformasi. Menurut teori ini anak
memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu
mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.
Thordike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of
exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan.
Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering dipakai dan akan
berkurang bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan. Artinya dalam kegiatan
belajar diperlukan adanya latihan-latihan dan pembiasaan agar apa yang
dipelajari dapat diingat lebih lama. Semakin sering berlatih maka akan semakin
paham. Hal ini juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Mc.Keachie bahwa individu
merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu”. Dalam proses belajar,
siswa harus menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik yang
mudah diamati maupun kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik bisa
berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan
sebaginya. Kegiatan psikis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan suatu konsep dengan yang lain,
menyimpulkan hasil percobaan dan lain sebagainya.
6.5.2 Keterlibatan
langsung/pengalaman
Belajar haruslah
dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak bisa
dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman
langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya
mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar
membuat tempe yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam
pembuatan, bukan hanya melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi hanya mendengar
cerita bagaimana cara pembuatan tempe. Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil bekerja, karena
dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat
mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Hal ini
juga sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memiliki
potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi
kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut.
Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan
dan mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian, segala pengetahuan itu
harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan
sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri.
Pembelajaran itu akan lebih bermakna jika siswa “mengalami sendiri apa yang
dipelajarinya” bukan “mengetahui” dari informasi yang disampaikan guru,
sebagaimana yang dikemukakan Nurhadi bahwa siswa akan belajar dngan baik
apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui,
serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses
belajar di sekolah. Dari berbagai pandangan para ahli tersebut menunjukkan
berapa pentingnya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey
dengan “learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan
langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif. Prinsip ini didasarkan
pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak pengalaman dengan
cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan dengan bila
mereka hanya melihat materi/konsep. Modus Pengalaman belajar adalah sebagai
berikut: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita
dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar,
70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan.
Sekian Terimakasih
/////////////
No comments:
Post a Comment