Labels

Thursday, March 14, 2019

Candi Borobudur



A. Dimensi Sejarah
Candi Borobudur merupakan satu-satunya candi budha terbesar di dunia sampai saat ini. Meskipun sekarang sudah tidak lagi menyandang sebagai tujuh keajaiban dunia, namun Candi yang satu ini tetap menjadi nomor satu di kalangan para wisatawan domestik maupun mancanegara untuk dikunjungi.

Candi Borobudur ini dibangun oleh seseorang bernama Samaratungga, merupakan seorang raja kerajaan Mataram Kuno yang juga keturunan dari Wangsa Syailendra pada abad ke-8 M. Keberadaan candi ini pertama kali diketahui oleh Thomas Stanford Rafles sekitar tahun 1814.
Ketika itu, pertama kali candi borobudhur ini ditemukan dalam keadaan berserakan dan terpendam tanah. Candi yang memiliki 10 tingkat ini sebenarnya mempunyai tinggi secara keseluruhan yaitu 42 meter.
Namun setelah dilakukan restorasi, tinggi keseluruhan candi borobudhur ini hanya mencapai 34,5 meter dengan luas secara keseluruhan yaitu 123x123 meter atau 15.129 m2. Setiap tingkat lantainya, dari lantai paling bawah hingga lantai keenam berbentuk persegi, sedangkan lantai ketujuh sampai terakhir (lantai ke sepuluh) berbentuk bulat.

Candi Borobudhur merupakan candi Buddha terbesar pada abad ke-9 M. Menurut Prasasti Kayumwungan, candi ini terungkap dalam pembangunannya, selesai dibuat pada 26 Mei 824, atau hampir 100 tahun semenjak mulai awal dibangun. Konon arti dari Borobudhur itu sendiri maksudnya gunung yang berteras-teras atau bisa juga disebut dengan budhara. Pendapat lain tentang candi Borobudhur yaitu bahwa candi borobudhur berarti biara yang terletak di tempat yang tinggi.
Beberapa ahli mengatakan bahwa letak Candi Borobudur berada pada ketinggian 235 meter dari permukaan laut. Pemikiran itu berdasarkan studi dari paraa ahli Geologi membuktikan bahwa Candi Borobudhur pada saat itu adalah sebuah kawasan danau yang besar sehingga sebagian besar desa-desa yang berada di sekitar Candi berada pada ketinggian yang sama, termasuk Candi Pawon dan Candi Mendut.

Berdasarkan Prasasti tanggal 842 AD, seorang sejarawan Casparis menyatakan bahwa Borobudhur merupakan salah satu tempat untuk berdoa. Di mana dalam prasasti tersebut mengandung kata “Kawula i Bhumi Sambhara” yang artinya asal kesucian dan Bhumi Sambara merupakan nama sebuah sudut di Candi Borobudhur tersebut. Setiap lantai pada Candi Borobudhur ini terdapat tema-tema yang berbeda karena pada setiap tingkat tersebut melambangkan tahapan kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan ajaran Buddha Mahayana bahwa setiap orang yang ingin mencapai tingkat kesempurnaan sebagai Buddha harus melalui setiap tahapan kehidupan. Pada setiap lantai di Candi Borobudhur terdapat relief-relief yang bila dibaca dengan runtut akan membawa kita memutari candi searah jarum jam.


B. Dimensi Pendidikan

Dalam bentuk di candi brobudur ternpat teknologi dimensi fraktal. Ternyata konsep fraktal tak cuma diterapkan nenek moyang bangsa Indonesia melalui batik dan budaya tekstil saja. Secara turun temurun tradisi fraktal ini telah mengejawantah dalam desain dan bentuk bangunan peninggalan sejarah seperti candi. Hal ini disimpulkan oleh kelompok riset Bandung Fe Institute, yang selama beberapa tahun terakhir meneliti fraktal dalam kebudayaan Indonesia.

C. Dimensi Pariwisata

Terdapat 5 segi yang membuat wistawan ke candi brobudur yaitu:
Candi Terbesar di Dunia dan Candi tempat ibadah umat Budha dengan 10 tingkatan candi dengan luas 123 x 123 m2.
Candi yang memiliki banyak batung arca sebanyak 504 arca budha dan Stupa yang berjumlah 27 buah termasuk stupa utama di puncak Candi Borobudur.

Salah satu candi yang mempunyai paling banyak relief candi. Candi Borobudur memiliki 1460 relief yang melingkari candi setiap tingkatnya. Bangunan candi yang berbentunk seperti Gunung dengan terbuat dari batuan andesit yang dibuat berbagi macam model.
Candi yang masuk menjadi salah satu Warisan Dunia dari UNESCO.


D. Dimensi Sosial Budaya

Candi Borobudur merupakan hasil kebudayaaan indonesia yang sangat berharga dan menujukan adanya nilai yang sangat tinggi yang dapat dilihat dari seni bangunan, seni rupa, yang terdiri dari seni lukis, termasuk relief, seni patung, dan seni kerajinan. Dilihat dari segi sosial Candi Borobudur ini dapat dijadikan sebagai sarana sosialisasi bagi masyarakat sekitarnya menjadikan Candi Borobudur sebagai objek wisata budaya membawa dampak positif terhadap bangunan dan situsnya, perlindungan dan pelestarian sumber daya budaya ini semakin diperhatikan. Pemintakatan (zonasi) yang dilakukan di situs Candi Borobudur merupakan salah satu upaya untuk melindungi Candi Borobudur dari kerusakan baik yang disebabkan oleh faktor manusia dan binatang maupun fatktor alam.

Dampak ekonomi dalam konteks penelitian ini adalah aktivitas-aktivitas baru untuk memperoleh penghasilan atau sarana untuk bertahan hidup, yang muncul sebagai akibat adanya perubahan pemanfaatan Candi Borobudur setelah dilaksanakannya pemugaran.

Aktivitas untuk memperoleh penghasilan ini dapat berupa pola-pola baru, misalnya tukar-menukar barang ataupun jasa seperti munculnya rumah-rumah makan, hotel, pengasong, dan industri kerajinan. Jika ada dampak ekonomi positif seperti dikemukaan di atas, tentu saja ada juga dampak negtifnya. Dampak negatif terjadi pada beberapa orang yang tanahnya harus dibebaskan untuk pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur.

Sebagian dari mereka ada yang dapat ditampung sebagai karyawan taman wisata tersebut, sebagian lagi mendapat prioritas untuk memperoleh tempat berjualan atau membuka usaha di sekitar taman wisata, sedangkan sebagian yang lain hanya memperoleh ganti rugi. Mereka yang termasuk dalam kategori terakhir inilah yang tampak memperoleh dampak negatif.



Sumber: https://baidowigaoh25.blogspot.com/2019/03/candi-brobudhur-dalam-demensi-pbelajaran.html?m=1

No comments:

Post a Comment