Labels

Wednesday, May 21, 2014

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR



Esay Remedial PPKN
Oleh    : Baidowi
Npm    :1213032016

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
A.  Pengertian Strategi Belajar Mengajar
  Di dalam sejarah dunia pendidikan guru merupakan sosok figur teladan bagi siswa/i yang harus memiliki strategi dan teknik-teknik dalam mengajar. Kegiatan belajar mengajar sebagai sistem intruksional merupakan interaksi antara siswa dengan komponen-komponen lainnya, dan guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran agar lebih aktif dan efektif secara optimal. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya di sebut metode mengajar. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau insturktur kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran itu dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan baik. Di dalam kenyataan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau pesan lisan kepada siswa, berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap.
 Kata strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau Strategus. Strategos berati  jendral atau berarti pula perwira negara (states officer). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, strategi berarti “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Selanjutnya H. Mansyur   menjelaskan bahwa strategi dapat diartikan “sebagai garis-garis besar haluan bertindak dalam rangka mencapai sasran yang telah ditentukan. Dalam perkembangannya, konsep strategi telah digunakan dalam berbagi situasi, termasuk situasi pendidikan.Impelementasi konsep strategidalam situasi dan kondisi belajar mengajar ini, melahirkan pengertian sebagai berikut : Strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan
Strategi belajar mengajar adalah siasat guru untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta dengan komponen-komponen lain dari sistem instruksional secara konsisten. Strategi belajar merupakan suatu kegiatan yang memelihara konsistensi dan kekompakan setiap komponen pengajaran yang tidak hanya berjadi pada tahap perencanaan saja, tetapi juga terjadi pada tahap implementasi atau pelaksanaan, bahkan pada tahap pelaksanaan evaluasi. Strategi belajar mengajar pada dasarnya mencakup empat hal utama, yaitu: Penetapan Tujuan Pengajaran Khusus (TPK) yaitu: gambaran dari perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik yang diharapkan, Pemilihan sistem pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling efektif untuk mencapai tujuan, Pemilihan dan penetapan prosedur, metode, tekhnik belajar mengajar yang tepat dan dapat dijadikan pengangan dalam melaksanakan kegiatan pengajaran dan Penetapan kriteria keberhasilan proses belajar mengajar sebagai pegangan dalam mengadakan evaluasi belajar mengajar.  Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar Menurut Tabrani Rosyan dkk, terdiri berbagai masalah sehubungan dengan Strategi Belajar Mengajar yang secara keseluruhan diklasifikasikan sebagai berikut: Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar, Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Belajar Mengajar sebagai suatu sistem, Hakekat Proses Belajar, Entering Behavior Siswa (perubahan tingkah laku siswa), Pola-pola Belajar Siswa dan Memilih Sistem Pendekatan Belajar Mengajar.

B.  Implementasi Belajar Mengajar
Implementasi Belajar Mengajar Proses belajar Mengajar (PBM) adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasikan. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan. Kwalitas dan kwantitas belajar murid didalam PBM bergantung pada banyak faktor, antara lain murid-murid didalam kelas, bahan-bahan pelajaran, perlengkapan belajar, kondisi umum, dan suasana didalam PBM. Adapun faktor lainnya yang dapat mendukung tercapainya belajar yang baik di dalam kelas adalah adanya Job description PBM, yang memuat serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa. Kegiatan belajar ini akan berjalan dalam proses yang terarah dan mencapai tujuannya. Tahap-tahap pengelolaan kelas yang lazim dipakai pada masa kini meliputi : Perencanaan (meliputi penciptaan, penyusunan program, dan perumusan kegiatan), Pengorganisasian ( meliputi pemanfaatan sumber dan bagian tugas ), Pengarahan (meliputi motivasi, supervisi, dan koordinasi), Pengawasan (meliputi penganggaran, pelaporan dan evaluasi). Berdasarkan  Model Desain Pelaksanaan Evaluasi Belajar. Berdasarkan maksud atau fungsinya, terdapat beberapa model desain pelaksanaan evaluasi belajar-mengajar. Di antaranya ialah evaluasi; sumatif, formatif, refleksi, dan kombinasi dari ketiganya.
  • Evaluasi sumatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan setelah berakhirnya kegiatan belajar-mengajar, atau sering juga kita kenal dengan istilah lain, yaitu post test. Pola evaluasi ini dilakukan kalau kita hanya bermaksud mengetahui tahap perkembangan terakhir dari tingkat pengetahuan atau penguasaan belajar (mastery learning) yang telah dicapai oleh siswa. Asumsi yang mendasarinya ialah bahwa hasl belajar itu merupakan totalitas sejak awal sampai akhir, sehingga hasil akhir itu dapat kita asumsikan dengan hasil. Hasil penilaian ini merupakan indikator mengenai taraf keberhasilan proses belajar-mengajar tersebut. Atas dasar itu, kita dapat menentukan apakah dapat dilanjutkan kepada program baru atau harus diadakan pelajaran ulangan seperlunya.
  • Evaluasi formatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan selama masih berjalannya proses kegiatan belajar-mengajar. Mungkin kita baru menyelesaikan bagian-bagian atau unit-unit tertentu dari keseluruhan program atau bahan yang harus diselesaikan. Tujuannya ialah apabila kita menghendaki umpan-balik yang secara (immediate feedback), kelemahan-kelemahan dari proses belajar itu dapat segera diperbaiki sebelum terlanjur dengan kegiatan lebih lanjut yang mungkin akan lebih merugikan, baik bagi siswa maupun bagi guru sendiri. Bila dibiarkan kesalahan akan berlarut-larut. Dengan kata lain, evaluasi formatif ini lebih bersifat diagnostik untuk keperluan penyembuhan kesulitan-kesulitan atau kelemahan belajar-mengajar (remedial teaching and learning), sedangkan reevaluasi sumatif (EBTA) biasanya lebih berfungsi informatif bagi keperluan pengambilan keputusan, seperti penentuan nilai (grading), dan kelulusan.
  • Evaluasi reflektif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan sebelum proses belajar-menagjar dilakukan atau sering kita kenal dengan sebutan pre-test. Sasaran utama dari evaluasi reflektif ini ialah untuk mendapatkan indikator atau informasi awal tentang kesiapan (readliness) siswa dan disposisi (keadaan taraf penguasaan) bahan atau pola-pola perilaku siswa sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan belajar-menagjar dan peramalan tingkat keberhasilan yang mungkin dapat dicapainya setelah menjalani proses belajar-menagjar nantinya. Jadi, evaluasi reflektif lebih bersifat prediktif.
Daftar Pustaka :

No comments:

Post a Comment